Sunday, May 15, 2011

BUKU SKI KELAS VIII MTS. MIFTAHUL HUDA


BAB I
DINASTI ABBASIYAH


A.      PENDAHULUAN

Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Dinasti Umayah yang runtuh pada tahun 750 M. Bani Umayah runtuh dikarenakan beberapa hal, baik Internal maupun Eksternal istana. Sebab-sebab yang timbul dari internal Istana yaitu : lemahnya figur Khalifah, budaya bermewah-mewahan para kholifah dan bangsawan, pemberian hak istimewa kepada bangsa syuriah sehingga memunculkan kelas-kelas sosial baru dalam masyarakat Islam, system pemerintahan yang korup dan anti demikrasi. Adapun dari segi Eksternal yaitu : adanya serangan dari Bani Abbasiyah  yang mampu melumpuhkan Bani Umayyah. Sebagai kerajaan baru Abbasiyah banyak melakuakan usaha-usaha terutama untuk menjaga keutuhan Negara, setelah Negara dapat tegak, para penguasa Abbasiyah baru memulai membangun Negara agar bisa maju dan berkembang. Perkembangan Ilmu Pengetahuan  menjadi cirri khas dari pemerintahan ini, pada masa ini peradaban Islam mulai bangkit  dan mampu menjadi contoh peradaban bagi bangsa lain di dunia.  Perkembangan Ilmu pengetahuan umum di dunia islam pada masa Abbasiyah dimualai dengan munculnya masa kebangkitan yaitu ketika bangsa arab berhasil memahami dan mendalami pemikiran-pemikiran dari hasil-hasil penerjemahan karya-karya bangsa lain. Dinasti Abbasiyah berkuasa selama Lima setengah Abad ( 132 – 656 H/750 – 1258 M ) dan dipimpin 37 Orang Kholifah, mulai dari Abu Abbas Assafah (132 H/750 M) sampai Al Musta’sim.

B.      SEJARAH BERDIRINYA BANI ABBASIYAH

  1. Keruntuhan Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah berkuasa selama 90 Tahun, dari tahun 661 M s/d 750 M/ 41 H s/d 132 H. dan dipimpin oleh 14 Kholifah. Pada masa itu ditandai dengan meluasnya Ajaran Islam dan Wilayah Kekuasaan Islam. Akan tetapi kejayaan memudar dengan munculnya beberapa factor yang menyebabkan Dinasi Bani Umayyah menjadi runtuh. Dinasti Umayaah mengalami kemunduran ditandai dengan melemahnya system politik dan kekuasaan sehingga timbul masalah politik, ekonomi, keamanaan, social budaya, dll.
        Beberapa sebab runtuhnya Dinasti Umayyah antara lain :
1.       Figur Khalifah  yang lemah.
Pemindahan Ibu Kota dari Madinah ke Kota Damaskus merupakan sebab awal munculnya factor kelemahan ini. Seperti diketahui, Damaskus merupakan bekas ibu kota Bizantium, akibatnya kehidupan Bizantium mulai mempengaruhi dan akhirnya keluarga bani Umayyah menjadi terjebak gaya hidup yang mewah lebih jauh dari syariat yang di syariatkan Nabi Muhammad, Saw.
Hal itu menyebabkan figure para kholifah menjadi lemah, hanya lima Kholifah yang paling menonjol antara lain : 1. Muawiyah bin Abu Sofyan, 2. Al Walid bin Abdul Malik. 3. Abdul Malik bin Marwan; 4. Umar bin Abdul Aziz;  dan  5. Hisyam bin Abdul Malik. Kelemahan juga disebabkan dengan jumlah budak yang berlebihan sebab harta kekayaan mereka sangat melimpah ruah sehingga kehidupan mereka terlena dengan hawa nafsunya.
Para Kholifah juga tidak lagi mengembangkan darah bangsawan Arab Murni. Yazid II merupakan kholifah Islam pertama yang ibunya seorang budak belian yang dimerdekakan. Semua itu melemahkan daya juang Keluarga Dinasti Bani Umayyah.
2.       Hak Istimewa Bangsa Arab Syuriah
Moyang Dinasti Umayyah yang bernama Umayyah bin Kholaf telah lama menetap di Syuriyah sebelum Islam datang. Oleh karena itu, kehidupan dan keberlangsungan Dinasti Umayyah tidak bisa dilepaskan dari orang-orang syuriah. Selanjutnya Dinasti Umayyah menyusun kekuatan militer dengan sebagian besar tentara yang terdiri dari orang-orang syuriah. Keadaan itu selanjutnya membentuk kelas-kelas sosial dan tingkatan masyarakat. Orang-orang Syuriah akhirnya memiliki kelas tertinggi di antara warga lainnya.
Banyaknya penaklukan yang dilakukan oleh dinasti Umayyah membuat tentara Syuriah memiliki kedudukan yang penting. Mereka menjadi jantung kekuatan militer Dinasti Umayyah.   Sebagaian terbesar kekuatan, mereka memperoleh bagian terbesar dari harta rampasan perang. Pada umumnya mereka mendapatkan keistimewaan dan tidak mengherankan apabila kemudian terjadi kesenjangan sosial yang antara dalam masyarakat Syuriah dan masyarakat muslim di daerah yang lain.
Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslimin Arab di Madinah, Mekah, dan Iran.  Mereka memang dibebaskan dari beban membayar pajak yang dipikul kepada orang-orang non Arab (Mawali). Dan non muslim. Tetapi kehidupan mereka tidak lebih baik dibandingkan dengan keluarga-keluarga bangsa Syuriah.
Kecemburuan yang lebih besar lagi ditunjukan oleh orang-orang muslim non Arab pada umumnya dan lebih khusus lagi adalah orang-orang Islam Persia. Kholifah-kholifah Dinasti Bani Umayyah bahkan menunjukan sikap yang bermusuhan dengan mereka yang ketika itu mereka menjadi warga Negara kelas dua. Harapan mereka untuk memperoleh persamaan dalam bidang ekonomi dan social pupus. Kedudukan mereka bahkan ditirinkan menjadi mawali, yaitu orang yang sangat tergantung nasibnya pada majikan mereka yakni orang-orang Arab. Mereka mengeluh atas perlakuan itu dan memandangnya sebagai hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dan ajaran Islam.
3.       Pemerintahan yang tidak Demokratis dan Korup
Pada Jaman Khulafaur Rasyiddin pemilihan khalifah dilakukan secara musyawarah  dan demokratis. Dalam perjanjian Amul Jama’ah, Muawiyah bin Abu Sofyan bersedia memenuhi syarat yang dilakukan Hasan bin Ali  bahwa pemilihan khalifah sesudahnya akan dilakukan dengan musyawarah dan pemilihan yang demokratis dari umat Islam. Namun Muawiyah mengingkari janji itu. Muawiyah bahkan menunjuk anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai Kholifah. Hal itu berlangsung secara turun temurun.
Di samping mengkhianati Amul Jamaah, penunjukan itu juga berlawanan dengan prinsip senioritas dalam pemilihan pimpinan di kalangan bangsa Arab. Pemimpin adalah orang yang tertua dan dianggap paling mampu serta berpengalaman dalam membina dan mengembangkan pemerintah. Akibatnya beberapa khalifah Dinasti Umayyah selanjutnya bukan berasal dari garis keturunan Muawiyah bin Abi Sofyan, contohnya adalah Marwan bin Hakam. Keadaan menjadi sulit ketika Marwan juga ingin mengangkat anaknya, yaitu Abdul Malik untuk menjadi penggantinya, selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz, anaknya yang lain sebagai kholifah sesudah Abdul Malik, hal itu tentu saja membuat keadaan dalam istana serta pemerintahan menjadi tidak stabil serta terabaikan. Para pejabat banyak yang korupsi dan mementingkan diri sendiri. Pemerintahan menjadi lamban dan tidak efesien, rakyat miskin tidak menyukai pemerintahan Dinasti Umayyah, sehingga berakibat munculnya penentangan dan kerusuhan pecah dimana-mana.
   
4.       Persaingan Antarsuku 

Persaingan antarsuku sudah lama menjadi ciri bangsa Arab. Sikap pilih kasih  Dinasti Umayyah muncul. Suku-suku Arab terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bangsa Arab Utara yang disebut Arab Quraisy. Atau Maudari dan Bangsa Arab Selatan yang disebut Arab Yamani atau  Himsyar. Dalam pertikaian itu, Dinasti Umayyah mendukung suku Arab Yamani yang lebih cocok dengan mereka. Serangkaian peperangan yang terjadi antara dua suku Arab itu sangat memperlemah kekuatan Dinasti Umayyah.
Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya Dinasti Umayyah benar-benar mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah kurang lebih  6  Tahun (774-750 M/127 – 132 H).
Keruntuhan Dinasti Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam pertempuran Zab Bulu melawan pasukan Abu Muslim al Khurasani pada tahun 748 M, Pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Dinasti Umayyah, selain itu pasukan Marwan Bin Muhammad ditawan dan dibunuh, sementara  yang tersisa dan masih hidup terus dikejar dan kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim Al Khurasani.  

  1. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Keruntuhan Dinasti Umayyah tidak lepas dari kompleksitas masalah yang dihadapi baik internal maupun ekstrenal kerajaan. Masalah-masalah tersebut  menjadi permasalahan yang sulit dipecahkan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah, pada sisi lain sekitar tahun 720 M, kebencian terhadap pemerintahan Dinasti Umayyah telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bermunculan. Kelompok-kelompok itu adalah :

1. Kelompok muslim non-Arab (mawali) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab.
2. Kelompok Khowarij dan Syiah yang menganggap Dinasti Umayyah sebagai merampas hak kekholifahan.
3. Kelompok Muslim Arab di Mekkah, Madinah dan Irak yang merasa sakit hati atas status istimewa penduduk Syuriyah.
4. Kelompok muslim yang soleh, baik Arab maupun non Arab yang memandang keluarga Dinasti Umayyah telah bergaya hidup mewah dan jauh dari jalan hidup islami.
Kelompok-kelompok tersebut  membentuk suatu kekuatan gabungan yang dikoordinasi oleh keturunan Abbas,  paman Nabi Muhammad Saw. Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai usaha dakwah. Gerakan dakwah ini dimulai ketika pemerintahan Dinasti Umayyah dipimpin oleh kholifah yang kedelapan yaitu Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M), yang ketika memerintah, bertindak adil dan memulihkan hak asasi rakyatnya. Pada saat itu tidak boleh satupun berada diluar undang-undang atau hokum Negara. Kebiasaan mencaci maki kelompok Ali bin Abi Tholib dilarang. Jika tidak tunduk pada pejabat pemerintah, maka yang salah harus, dilaporkan kepada mahkamah tinggi yang diberi hak penuh untuk menghukum yang salah.
Kebijakan Kholifah Umar bin Abdul Aziz menerapkan persamaan hak kepada seluruh warga negaranya, ternyata telah membuka peluang bagi Dinasti Abbasiyah untuk menghimpun kekuatan yang selanjutnya mengambil alih kekuasaan dari tangan Dinasti Umayyah.
a.        Pendiri Dinasti Abbasiyah.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, kelompok yang paling gigih menentang adalah kaum Khowarij dan kelompok Syiah (Kelompok pendukung Ali bin Abi Tholib) menjelang berakhirnya Dinasti Umayyah kelompok syiah bekerja sama dengan keturunan Abbas karena kedua kelompok ini sama-sama keturunan dari Hasyim.
Keturunan Abbas yang pada awalnya mendukung pengembalian jabatan kholifah kepada keturunan Ali bin Abi Tholib, secara diam-diam membentuk gerakan sendiri atau dibawah tanah, hal itu dilakukan dengan lebih hati-hati dalam upaya merebut merebut kekuasaan dari tangan Dinasti Umayyah.
Perubahan sikap politik Bani Abbas dipelopori oleh Muhammad bin Ali pada masa pemerintahan kholifah Umar bin Abdul Aziz . Pada tahun 104 H/723 M lahirlah putra pertama Muhammad bin Ali bernama Abdullah dan kelak terkenal dengan sebutan Abu Abbas Assafah yang menduduki jabatan kholifah yang pertama Dinasti Abbasiyah (132 – 136 H/750 -754 M).
Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan dari Dinasti Umayyah terjadi ketika Marwan bin Muhammad (127-132 H/744 – 750 M) memerintah. Saat itu pemerintah Dinasti Umayyah mencapai tingkat kekacauan yang sulit diatasi.
Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah anatara lain :
a.        Membentuk gerakan dibawah tanah, dengan tokoh-tokoh :
1. Muhammad al- Abbas
2. Ibrahim al-Imam dan;
3. Abu Muslim al-Khurasani
b.       Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Abbas tidak memperlihatkan sikap permusuhan dengan Bani Umayyah.
c.        Dalam gerakannya tidak menggunakan nama Bani Abbas tetapi menggunakan nama Bani Hasyim. Penggunaan nama ini bertujuan agar pendukung Ali bin Abi Tholib akan tetap mendukungnya, karena mereka bersama-sama dari Bani Hasyim.
d.       Menetapkan wilayah Khurasan sebagai pusat kegiatan politik gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani.
Strategi Bani Abba situ ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang tidak bisa dibendung lagi oleh golongan manapun. Puncak keberhasilan perjuangan Bani Abbas  itu terjadi ketika berlangsung pertempuran atara kelompok Syiah dengan pemerintahan Marwan bin Muhammad (132 H/ 750 M) di Khurasan. Pada saat keduanya bertempur, maka Abu Muslim al Khurasani mengambil langkah politik yang sangat tepat yaitu melakukan kampanye terbuka untuk kepentingan Bani Abbas. Ia mengirimkan baiat/sumpah  dari pemuka-pemuka penduduk terhadap Bani Abbas. Para utusan tersebut mendapat sambutan yang sangat besar dari berbagai penduduk kota di wilayah Khurasan, sehingga mereka patuh dalam satu komando Bani Abbas. Sementara golongan Syi’ah pun ikut bergabung bersama Bani Abbas.
Tercapainya penggabungan dua kelompok tersebut akhirnya berhasil menumbangkan Dinasti Umayyah yang telah berkuasa selama 90 Tahun. Selanjutnya Abdullah bin Muhammad yang dikenal dengan sebutan Abu Abbas As-Safah yang artinya Bapak Abbas di Penumpah Darah, diangkat sebagai Kholifah Dinasti Abbasiyah yang pertama pada tahun 132 H/750 M.
b.       Silsilah Dinasti Abbasiyah
Qushay dipandang sebagai tokoh besar yang mengumpulkan kembali suku-suku turunan Fibri yang bergelar Quraisy. Suku-suku ini mula-mula terpencar dan bertempat tinggal di Bakkah (Mekah) dan sekitarnya yang dipandang sebagai tanah suci oleh bangsa Arab, sebab mereka sendiri keturunan langsung dari Nabi Ibrahim As.
Hasyim merupakan tokoh besar yang pertama merintis kebijaksanaan mengirimkan khalifah dagang Mekah ke Utara pada musim panas dan keselatan pada musim dingin. Dari keturunan Hasyim itulah lahir Bani Abbas yang disebut Abbasiyah dan keluarganya Ali yang disebut Alawiyin.
Dari silsilah di atas, ada tiga keluarga besar yang berebut kekuasaan, yaitu :
a.  Keluarga Ali bin Abi Tholib (Kaum Syiah)
b. Keluarga Umayyah.
c.  Keluarga Abbas.
Adapun tokoh yang berperan dalam proses berdirinya Bani Abbasiyah, antara lain :
a.  Muhammad bin Ali
Muhammad bin Ali merupakan peletak dasar pendirian khalifah Bani Abbasiyah. Ia memulai gerakan yang disebut dakwah, yaitu gerakan propaganda kepada umat Islam bahwa yang berhak memegang jabatan khalifah adalah kelompok Bani Abbasiyah. Gerakan ini berhasil menjaring pengikut-pengikut yang setia, terutama di khurasan.
b.  Abdullah bin Muhammad
Abdullah bin Muhammad yang bergelar Abu Abbas As-Safah meneruskan Usaha ayahnya dalam gerakan dakwah. Setelah gerakannya berhasil menumbangkan Khalifah Marwan bin Muhammad (132 H/750 M) sebagai kholifah dan dianggap sebagi pendiri kekholifahan Bani Abbasiyah. Akan tetapi, ia hanya memerintah dalam waktu yang pendek 4 Tahun (132 – 136 H/750 – 754 M).
c.  Abu Muslim Al Khurasani 
Abu Muslim Al Khurasani merupakan tokoh kunci gerakan dakwah Abbasiyah, keahliannya dalam berpropaganda berhasil menarik banyak pengikut di daerah asalnya, Khurasan. Setelah kelompok Bani Abbasiyah cukup kuat, mereka menyerang kekuatan Bani Umayyah di daerah tersebut dengan Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima. Hal ini berakhir dengan tumbangnya Marwan bin Muhammad dari Bani Umayyah pada Tahun 132 H/750 M.
                Pada perkembangan selanjutnya, Dinasti Abbasiyah semakin kuat dan wilayahnya semakin luas. Dinasti Abbasiyah berkuasa selama kurang lebih Lima Setengah Abad (132 – 656 H/750 – 1258 M) dan dipimpin 37 orang khalifah, mulai dari masa pemerintahan Abu Abbas Assafah hingga masa Al-Mu’tasim.
                Nama penguasa Abbasiyah di Irak, antara lain :

a.        Abu Abbas Assafah
b.        Abu Ja’far Al Mansur
c.        Al-Mahdi
d.        Al Hadi
e.        Harun Ar-Rasyid
f.         Al Amin
g.        Al Makmun
h.        Al Mu’tasim
i.         Al Wasiq
j.         Al Mutawakil
k.        Al Muntasir
l.         Al Musta’in
m.      Al Mu’tazz
n.        Al Muhtadi
o.        Al Mu’tamid
p.        Al Mu’tadid
q.        Al Muktafi
r.         Al Muktadir






BAB II
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
PADA JAMAN DINASTI ABBASIYAH


A.      PENDAHULUAN

Bani Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa dibagdad. Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini naik kekuasaan setelah mengalahkan kekuatan Bani Umayyah terkecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dibentuk oleh keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW yang termuda, Abbas. Berkuasa mulai Tahun 750 M, dan memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Bagdad. Berkembang pesat selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa tentara-tentara Turki yang mereka bentuk. Selama 150 Tahun mengambil kekuasaan Iran. Kekholifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang disebut Amir atau Sultan. Menyerahkan kekuasaan Andalusia kepada keturunan Umayyah yang melarikan diri, Magribi dan Ifriqi nya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Pada periode pertama pemerintahan, Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintah Bani Abbas mulai menurun dalam bidang Politik, meskipun Filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 M disebabkan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan yang menghancurkan Bagdad dan tidak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Bagdad. Bagaimana perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah ?
Penyebaran Islam ke luar jazirah Arab, membuat bangsa Arab berhubungan langsung dengan bangsa-bangsa non-Arab. Dalam berhubungan tersebut muncullah berbagai kelas dalam masyarakat Islam. Beberapa kelas itu adalah kaum muslimin Arab. Kaum muslimin non-Arab, dan kaum Non Muslim (Dzimmi). Munculnya kelas-kelas social itu berlangsung hingga masa awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
B.      KONDISI SOSIAL
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, kelas kaum Muslimin Arab yang tinggal di Syuriah menempati yang tertinggi. Hal itu menimbulkan kecemburuan masyarakat Islam lainnya. Akhirnya hal itu menjadi sebab utama runtuhnya Dinasti Umayah. Kekacauan yang terus menerus membuat mereka memberontak.
          Berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak lepas dari bantuan masyarakat muslim lainnya. Kaum Muslimin Arab yang mendukung Dinasti Abbasiyah terdiri dari penduduk Mekah, Madinah, Irak dan kaum Syiah (pendukung Ali). Dinasti Abbasiyah berhasil mendapatkan dukungan tersebut dengan seruan sesame kaum yang tertindas dan sesame keturunan Bani Hasyim. Dukungan kaum Muslimin non-Arab yang terbesar dating dari orang-orang Persia. Mereka dianggap sebagai kaum Mawali pada masa Dinasti Umayyah dan dianggap sebagai warga Negara kelas dua. Mereka merasa hak-haknya sebagai warga Negara terabaikan. Dukungan-dukungan tersebut membuat Dinasti Abbasiyah memiliki kekuatan yang besar hingga mampu menumbangkan Dinasti Umayyah.
        Oleh karena itu, pada masa Dinasti Abbasiyah hak-hak mereka disamakan. Bahkan  dalam beberapa periode masyarakat muslim  non-Arab yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah adalah keturunan keluarga Barmak, Dinasti Buwaihaiyah, dan dinasti Seljuk.
        Keluarga Barmak adalah keluarga bangsawan terpandang asal Balk, Persia. Khalid  bin Barmak adalah orang pertama dari keluarga Barmak yang membina hubungan dengan para  Khalifah Dinasti Abbasiyah. Mereka ikut berjuang dalam gerakan dakwah Dinasti Abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya Dinasti ini. Khalid bin Barmak berjasa besar dalam usaha memerdekakan pemberontakan di Mesopotamia. Untuk beberapa saat lamanya, dia juga menjadi gubernur di sana.
        Ketika khalifah Adu ja’far Al Mansur mencuri jabatan Wazir, maka keluarga Barmak mendapat kepercayaan memegang jabatan ini, hampir 50 Tahun lamanya. Khalid bin Barmak menjabat sebagai Wazir pertama, jabatan ini kemudian di pegang anaknya Yahya bin Khalid. Kedudukan itu kemudian di wariskan lagi kepada anaknya yang lain, Fadl bin Yahya menjadi gubernur Persia Barat dan khurasan.
        Golongan lain yang berpengaruh pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Dinasti Buwaihiyah. Mereka berasal dari golongan Syi’ah dan memegang peranan penting selama hampir I (Satu) Abad (945-1055 M). pada masa tersebut khlaifah hanya dianggap sebagai symbol, sedang kekuasaan dipegang oleh Dinasti Buwaihiyah.
        Dinasti Buwaihiyah merupakan putra-putra Buwaih yang berasal dari suku Dailami yang menempati daerah pegunungan di sebelah Barat Laut Kaspia. Mereka terdiri dari :
a.        Ali bin Buwaih yang berkuasa di Itfaham,
b.       Hasan bin Buwaih  yang berkuasa di Ray, Jabal  dan
c.        Ahmad bin Buwaih. 
Mereka juga mengakui kedudukan Khalifah Abbasiyah.
Keberadaan Dinasti Saljuk dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah hampir sama dengan Dinasti Buwaihiyah. Mereka menjadi penguasa yang sesungguhnya. Sementara Dinasti Abbasiyah hanya sebagai symbol di Istana Baghdad. Berbeda dengan Dinasti Buwaihiyah yang beraliran Syiah, Dinasti Saljuk adalah golongan Islam Suni. sama dengan Dinasti Abbasiyah. Interaksi bangsa Arab dengan bangsa-bangsa non-Arab. Dengan demikian, mereka mampu memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengtahuan dan peradaban.

C.      KEMAJUAN KEBUDAYAAN
Perkembangan kebudayaan Islam berjalan seiring dengan penyebaran Islam. Pada masa Dinasti Abbasiyah, wilayah Islam meluas sampai Spanyol di Barat dan India di Timur. Untuk waktu beberapa ratus tahun penduduk negeri-negeri yang ditaklukan itu tetap dalam agama masing-masing. Setelah mereka menyaksikan kemajuan peradaban Arab Islam dan rapinya pemerintahan dalam Negara-negara itu, mereka masuk Islam dengan sukarela. Lebih jauh dari itu, mereka bukan saja menjadi Islam, tetapi juga menjadi Arab. Contohnya penduduk Mesir Syuriah. Palestina, Persia, Aljazair, Maroko, Libia, Tunisia dan Spanyol. Mereka adalah orang-orang non Arab yang menjadi orang Arab. namun Persia berhasil kembali menegakan nasionalisme mereka.
Disisi lain, hal yang hampir sama juga terjadi. Raja Normandia, Roger  1  menjadikan istananya sebagai tempat pertemuan para Filsuf, dokter-dokter, dan ahli islam lainya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika kebesaran yang dipilihnya adalah pakaian Arab, gerejanya dihiasi dengan ukiran dan tulisan-tulisan Arab. Wanita Kristen meniru wanita Islam dalam soal mode pakaian.
Banyak bangsa yang sudah lupa akan bahasa dan kebudayaan mereka sendiri. Oleh karena itu, saat itu pengertian Arab sudah meluas dan tidak terbatas pada bangsa yang mendiami jazirah Arab saja. Hal itu dapat dilihat dari kota-kota yang menjadi pusat budaya Arab. kota-kota luar jazirah Arab antara lain : Damaskus, Bagdad, Cairo dan Cordoba.
Pada masa pemerintahan Kholifah Harun Arrasyid dan Kholifah Al Makmun, peradaban Islam mencapai masa keemasan. Kebudayaan India dan Yunani juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan kebudayaan Islam. Kota-kota Jundisapur, Harran, dan Iskandariyah merupakan pusat-pusat peradaban Yunani sebelum Islam menguasai kota-kota itu. Setelah Islam datang tradisi itu tetap terjaga bahkan mengalami perkembangan yang semakin pesat. Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul pada masa itu adalah Umar Khayam, Az Zamakhsyari, Al-Qusyairi, Ibnu Maskawaih dan Al-Kindi.
Umar Khayam adalah seorang penyair besar yang dilahirkan Nizabur, Khurasan. ia juga seorang ilmuwan di bidang Matematika, astronomi dan Filsafat. Semasa hidupnya ia bekerja pada Sultan Malik Syah, penguasa Dinasti Saljuk yang menguasai Persia. Seorang sastrawan, Umar Khayam termashur dengan rubai’atnya. Rubaiat adalah sajak yang terdiri kalimat setengah syair sehingga jumlah seluruhnya menjadi empat baris dan biasa dinamakan Kuantren.
Ilmuwan lainya adalah Az-Zamakhsyari ia merupakan salah satu pakar ilmu bahasa dan kesusastraan Arab. karya-karyanya dalam bahasa arab, antara lain Nahwu, balaghah, dan Arad. Beberapa karya tulisnya adalah Azzaz al balagah, Al Mufrad wa al-Muallaf fian Nahwu dan Al-Mustaqin fi Amzal al-Arab.
Perkembangan kebudayaan pada masa Dinasti Abbasiayah juga ditunjukan oleh adanya peninggalan-peninggalan bersejarah. Peninggalan itu adalah berupa Istana, Mesjid dll. Peninggalan bersejarah itu banyak yang masih disaksikan hingga saat ini dan ditunjukan betapa tingginya peradaban yang telah dicapai umat Islam pada waktu itu.
Pada masa Kholifah Abu Abbas As-safah. Ia membangun istana Al-Hasyimiyah. Pembangunan yang lebih fenomenal dilakukan oleh kholifah Abu Ja’far al Mansur ketika membangun Kota Bagdad dan Istana Qosrul Zahab (Istana Keemasan) dan Qosrul Khuldi (Istana Keabadian) yang berbentuk bundar yang disangga oleh dua kota yaitu Kota Karakh dan Kota Rushofah  ini dibangun oleh dua arsitektur yang terkenal Hajjaj ibnu Arth dan Amran bin Wahdah.
Selain itu pada masa Dinasti Abasiyah banyak dibangun mesjid yang berfungsi sebagai pusat kegiatan umat Islam. Berdasarkan bentuk dan corak seninya perkembangan mesjid dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode permulaan, periode pertengahan dan periode modern. Bentuk dan corak seni mesjid yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah termasuk dalam periode permulaan.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, selain tempat shalat, mesjid juga sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan ilmuwan yang mendiskusikan bermacam ilmu pengetahuan. Diantara mesjid-mesjid yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah adalah :
a.  Mesjid Al-Mansur Rasyafah, oleh Kholifah Abu Ja’far Al Mansur;
b. Mesjid Raya Ar-Rasyafah, oleh Kholifah Al-Mahdi;
c.  Mesjid Jami’ Al Qasr al Kholifah, oleh Kholifah Al-Muktafi;
d. Mesjid Qoti’ah Umm Ja’far, oleh Kholifah Al Muktafi;
e.  Mesjid Kufah;
f.   Mesjid Raya Samarra, oleh Kholifah Mutawakil;
g.  Mesjid Agung Isfaham, oleh Sultan Malik Syah;
h. Mesjid Talkhatan Baba di Mery. dan
i.   Mesjid Alaudin Kaskobad di Nedge.

D.      KEMAJUAN POLITIK DAN MILITER
Perkembangan politik Dinasti Abbasiyah terbagi kedalam lima periode. Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan, system pemerintahan, dan kebijakan militer. Berikut ini perkembangan politik dan militer Dinasti Abbasiyah pada setiap periode.

1. Periode Pertama (132 – 232 H/750 – 847 H).
Periode ini disebut juga periode pengaruh Persia Pertama. Hal itu disebabkan pemerintahan Dinasti Ababasiyah pada periode ini dipengaruhi dengan sangat kuat oleh keluarga Persia yaitu keluarga Barmak. Pendiri keluarga Barmak yaitu Khalid bin Barmak adalah orang yang ikut berjasa dalam usaha militer Dinasti Abbasiyah ketika menumbangkan  Dinasti Umayah. Pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Mansur, Khalid bin Barmak selanjutnya memiliki pengaruh dan peran yang sangat penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah hingga pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Khalifah Abu Abbas As-Safah (Haus Darah) melakukan usaha militer dengan menghancurkan sisa-sisa kekuatan Dinasti Umayah. Paman Kholifah Abu Abbas As-Safah yang bernama Abdullah bin Ali mengatur dengan segala cara untuk melenyapkan semua keluarga dan pengikut Dinasti Umayah.

Monday, April 18, 2011

KONSEP MEDIA PENDIDIKAN

LANDASAN KONSEPTUAL
MEDIA PEMBELAJARAN

IRWAN SUTIAWAN AZKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MAS’UDIYAH
Mata Kuliah Media Pengajaran Semester IV


1.      Pendahuluan

Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari expert kenovice. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Guru mempersepsi diri berhasil dalam pekerjaannya apabila dia dapat menuangkan pengetahuan sebanyakbanyaknya ke kepala siswa dan siswa dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima pengetahuan yang dituangkan guru kepada mereka. Praktek pendidikan yang berorientasi pada persepsi semacam itu adalah bersifat induktrinasi, sehingga akan berdampak pada penjinakan kognitif para siswa, menghalangi perkembangan kreativitas siswa, dan memenggal peluang siswa untuk mencapai higher order thinking.
Akhir-akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme. Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar. Pengkonstruksian pemahaman dalam ivent belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan akomodasi terjadi sebagai usaha pebelajar untuk menyempurnakan atau merubah pengetahuan yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al., 2002). Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar sering pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan prakonsepsi yang dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi, evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak sesuai dengan prakonsepsinya.
Tinjauan filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan teori sains sepakat menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan (Dole & Sinatra, 1998). Siswa sendiri yang melakukan perubahan tentang pengetahuannya. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing. Jadi guru hanya dapat membantu proses perubahan pengetahuan di kepala siswa melalui perannya menyiapkan scaffolding dan guiding, sehingga siswa dapat mencapai tingkatan pemahaman yang lebih sempurna dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Guru menyiapkan tanggga yang efektif, tetapi siswa sendiri yang memanjat melalui tangga tersebut untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.
Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip media mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan ivent belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar.
Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Makalah ini menyajikan ringkasan mengenai arti, posisi, dan fungsi media pembelajaran; landasan penggunaan media pembelajaran; perangkat dan klasifikasi media pembelajaran; dan karakteristik media pembelajaran dua dan tiga dimensi. Ringkasan ini diharapkan dapat berperan sebagai salah satu pendukung bagi para guru untuk menuju pemenuhan tuntutan profesionalisme.

2.      Definisi, Posisi, dan Fungsi Media Pembelajaran

Definisi media pembelajaran. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

POSISI MEDIA PENGAJARAN

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. 
FUNGSI MEDIA PENGAJARAN

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai Pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. 
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.

Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2.      Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3.      Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaranyang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4.      Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5.      Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6.      Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7.      Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8.      Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9.      Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10.  Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11.  Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
12.  Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13.  Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).
14.  Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15.  Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.

3.      Landasan Penggunaan Media Pembelajaran

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.

Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.

Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbul. Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi mental siswa pada saat mengamati obyek.

Landasan teknologis. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-omponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

4.      Perangkat dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Perangkat media pembelajaran. Yang termasuk perangkat media adalah: material, equipment, hardware, dan software. Istilah material berkaitan erat dengan istilah equipment dan istilah hardware berhubungan dengan istilah software. Material (bahan media) adalah sesuatu yang dapat dipakai untuk menyimpan pesan yang akan disampaikan kepada auidien dengan menggunakan peralatan tertentu atau wujud bendanya sendiri, seperti transparansi untuk perangkat overhead, film, filmstrip, dan film slide, gambar, grafik, dan bahan cetak. Sedangkan equipment (peralatan) ialah sesuatu yang dipakai untuk memindahkan atau menyampaikan sesuatu yang disimpan oleh material kepada audien, misalnya proyektor film slide, video tape recorder, papan tempel, papan flanel, dan sebagainya.
Istilah hardware dan software tidak hanya dipakai dalam dunia komputer, tetapi juga untuk semua jenis media pembelajaran. Contoh, isi pesan yang disimpan dalam transparansi OHP, kaset audio, kaset video, film slide. Software adalah isi pesan yang disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material untuk dikirim kepada audien. Contoh, proyektor overhead, proyektor film, video tape recorder, proyektor slide, proyektor filmstrip.

Klasifikasi media pembelajaran.
Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim.
Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan media sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dam telpon.
Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televisi, video, komputer.
Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
5.      Karakteristik Media Pembelajaran Dua Dimensi

Media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi.
Media grafis. Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbul visual yang lain dengan maksud untuk mengihtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Karakteristik media grafis dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya, kelebihan yang dimilikinya, kelemahannya, unsur-unsur disain dan kriteria pembuatannya, dan jenisjenisnya. Ciri-cirinya, media grafis termasuk: media dua dimensi sehingga hanya dapat dilihat dari bagian depannya saja; media visual diam sehingga hanya dapat diterima melalui indra mata. Kelebihan yang dimiliki media grafis adalah: bentuknya sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah penempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan, dapat membandingkan suatu perubahan, dapat divariasi antara media satu dengan yang lainnya. Kelemahan media grafis adalah: tidak dapat menjangkau kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja, tidak menampilkan unsur audio dan motion.
Unsur-unsur media grafis sering disebut sebagai unsur-unsur visual, terdiri dari: titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, dan tekstur. Jenis-jenis media grafis meliputi: sketsa adalah gambar sederhana; gambar adalah bahasa bentuk/rupa yang umum; grafik adalah pemakaian lambang visual untuk menjelaskan suatu perkembangan suatu keadaan; bagan merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan; poster merupakan perpaduan antara gambar dan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan, atau ide-ide lain; kartoon dan karikatur adalah gambaran tentang seseorang, suatu buah pikiran atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu; peta datar adalah penyajian visual yang merupakan gambaran datar dari permukaan bumi; transparansi OHP adalah suatu karya grafis yang dibuat di atas sehelai plastik yang tembus pandang kemudian diproyeksikan ke sehelai layar dengan proyektor OHP.
Selain harus memiliki unsur-unsur disain yang bekerja sama membentuk komposisi yang baik, media grafis juga harus mempertimbangkan dalam pembuatannya berorientasi pengalaman agar dapat menyenangkan orang yang melihat, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima. Pada waktu pembuatan media grafis, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mengkombinasikan unsur-unsur disainnya, yaitu: keseimbangan, kesinambungan, aksentuasi, dominasi dan keseragaman. Faktor keseimbangan terdiri dari keseimbangan fomal yang sering disebut simetris, keseimbangan informal yang sering disebut asimetris, dan keseimbangan radial dengan bentuk disainnya bergerak dari titik pusat berjalan menurut radiusnya. Faktor-faktorkesinambungan meliputi: repetitif, alternatif, progresif, dan berubah tempat serta ukuran secara bertahap. Faktor aksentuasi diperlukan untuk menghindari kejenuhan dan kebosanan bagi penglihatan dengan cara menghindarkan unsur-unsur monoton dan menonjolkan bagian-bagian yang penting. Faktor dominasi adalah suatu unsur yang dapat mengikat keseluruhan komposisi sehingga dapat mencapai keutuhan dan kejelasan, dan faktor keseragaman adalah unsur visual yang hadir berbeda sehingga masalah kejenuhan dapat teratasi.

Media bentuk papan. Media bentuk papan yang diringkas di sini terdiri dari papan tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan magnet. Fungsi papan tulis adalah untuk menuliskan pokok-pokok keterangan guru dan menuliskan rangkuman pelajaran dalam bentuk ilustrasi, bagan, atau gambar. Keuntungan mengunakan papan tulis adalah: dapat digunakan di segala jenis tingkatan lembaga, mudah mengawasi keaktifan kelas, ekonomis, dapat dibalik. Kekurangannya adalah: memungkinkan sukarnya mengawasi aktivitas murid, berdebu, kurang menguntungkan bagi guru yang tulisannya jelek.
Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai tempat untuk menempelkan pesan dan suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu display yang merupakan bagian aktivitas penting suatu sekolah. Keuntungan menggunakan papan tempel adalah: dapat menarik perhatian, memperluas pengertian anak, mendorong kreativitas, menghemat waktu, membangkitkan rasa keindahan, dan memupuk rasa tanggung jawab. Kelemahan-kelemahannya adalah: sulit memantau apakah semua murid dapat memperhatikan, kemungkinan terjadi gangguan kenakalan, membosankan jika terlalu lama dipasang. Tugas guru berkaitan dengan papan tempel adalah: membimbing daya cipta anak, menyarankan ide-ide, memberikan petunjuk komposisi warna, memberikan penilaian. Tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa adalah: mencari atau membuat bahan pelajaran, menentukan komposisi warna, memelihara penggunaan dan keutuhanya.
Papan flanel sering juga disebut sebagai visual board, adalah suatu papan yang dilapisi kain flanel atau kain yang berbulu di mana padanya diletakan potongan gambargambar atau simbul-simbul lain. Gambar-gambar atau simbul-simbul tersebut biasanya disebut item papan flanel. Kegunaan papan flanel adalah: dapat dipakai untuk jenis pelajaran apa saja, dapat menerangkan perbandingan atau persamaan secara sistematis, dapat memupuk siswa untuk belajar aktif. Keuntungan papan flanel adalah: dapat dibuat sendiri, item-item dapat diatur sendiri, dapat dipersiapkan terlebih dahulu, item-item dapat digunakan berkali-kali, memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan siswa, menghemat waktu dan tenaga. Kelemahannya adalah: pada umumnya terletak pada kurang persiapan dan kurang terampilnya para guru.
Papan magnet lebih dikenal sebagai white board atau magnetic board adalah sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada sebidang logam, sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang ringan dengan interaksi magnet. Papan magnet memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai papan tulis dan sebagai papan tempel dan sebagai tempat memproyeksikan film atau slide. Keistimewaannya adalah: alat tulisnya khusus, tidak terkena debu, lebih mudah dipindah-pindahkan, meningkatkan perhatian dan semangat belajar siswa karena tulisan yang lebih terang. Dibandingkan dengan papan flanel, papan magnet memang lebih mahal. Namun kelebihannya adalah : daya rekat tempelan relatif lebih kuat sebagai akibat interaksi magnetik, simbul-simbul dapat dipindah-pindahkan tanpa mengangkat, lebih bergengsi.

Media cetak. Secara historis, istilah media cetak muncul setelah ditemukannya alat pencetak oleh Johan Gutenberg pada tahun 1456. Kemudian dalam bidang percetakan berkembanglah produk alat pencetak yang semakin modern dan efektif penggunaannya. Jenis-jenis media cetak yang disarikan di sini adalah: buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, dan pengajaran berprogram.
Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu penyajian dalam bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu cabang ilmu pengetahuan atau bidang studi tertentu. Manfaat buku pelajaran adalah: sebagai alat pelajaran individual, sebagai pedoman guru dalam mengajar, sebagai alat mendorong murid memilih teknik belajar yang sesuai, sebagai alat untuk meningkatkan kecakapan guru dalam mengorganisasi bahan pelajaran. Keuntungan penggunaan buku pelajaran adalah : ekonomis, komprehensif dan sistematis, mengembangkan sikap mandiri dalam belajar.
Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi masa dalam bentuk cetak yang tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat pembaca pada umumnya. Ditinjau dari segi isinya, surat kabar atau majalah dapat dibedakan menjadi surat kabar dan majalah umum dan surat kabar dan majalah sekolah. Fungsi surat kabar dan majalah adalah: mengandung bahan bacaan hangat dan aktual, memuat data terakhir tentang hal yang menarik perhatian, sebagai sarana belajar menulis artikel, memuat bahan kliping yang dapat digunakan sebagai bahan display untuk papan tempel, memperkaya perbendaharaan pengetahuan, meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi. Langkah-langkah yang harus diambil guru agar surat kabar dan majalah berfungsi dengan baik adalah: membangkitkan motivasi membaca, memberi tugas-tugas yang kontekstual, tampilkan kliping-kliping siswa yang bagus agar menarik minat siswa yang lain, mengadakan diskusi dengan topik berkaitan dengan isi surat kabar dan majalah, memberikan penghargaan yang wajar atas karya para siswa.

Ensiklopedi atau kamus besar yang memuat berbagai peristilahan ilmu pengetahuan terbaru akan menjadi sumber belajar yang cukup penting bagi siswa. Ensiklopedi merupakan sumber bacaan penunjang. Tugas guru adalah memberikan motivasi dan petunjuk yang tepat kepada siswa agar para siwa menggunakan ensiklopedi sebagai bacaan penunjang pelajaran.

Buku suplemen dapat berfungsi sebagai bahan pengayaan bagi anak, baik yang berhubungan dengan pelajaran maupun yang tidak. Buku suplemen dapat menambah bekal kepada anak untuk memantapkan aspek-aspek kepribadiannya. Yang termasuk buku suplemen adalah karya fiksi dan non fiksi. Keberadaan buku suplemen dapat memberikan peluang kepada anak untuk memenuhi minat-minat individual mereka. Melalui buku suplemen dalam format-farmat yang lebih kecil dan menarik anak-anak akan menambah perbendaharaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru yang cukup menunjang kemantapan kepribadiannya. Misalnya, menambah rasa percaya diri sendiri, bagaimana menjadi pribadi yang menarik, atau belajar karate tanpa guru.
Pengajaran berprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan media cetak yang memungkinkan siswa belajar secara individual sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya serta memperoleh hasil sesuai dengan kemampuannya juga. Menurut jenisnya, pengajaran berprogram dibedakan atas dua, yaitu program linier dan program bercabang. Dalam program linier, kegiatan dibagi menurut langkah-langkah, dan pada setiap halaman terdiri dari beberapa langkah. Pada setiap langkah ada bagian yang harus diisi oleh siswa sebagai tes. Penjelasan dan pertanyaan yang terdapat pada setiap langkah dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang kepada siswa untuk menjawab secara benar. Di akhir program diadakan tes untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan program. Program bercabang juga dibagi-bagi menjadi langkah-langkah tertentu, tetapi tiap halaman hanya mengandung satu langkah baik penjelasan maupun pertanyaan. Pada bagian bawah halaman diberikan satu pertanyaan yang telah disediakan kemungkinan jawaban. Bila siswa memilih kemungkinan jawaban benar, ia tunjukkan untuk membuka halaman tertentu yang berisi kata-kata pujian bahwa jawabannya tepat dan memberi peluang melanjutkan ke langkah berikutnya. Tetapi jika jawaban masih kurang tepat, ia harus kembali ke halaman pertama. Sama halnya dengan program linier, pada akhir program bercabang juga diberikan tes.

Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar yang lucu. Buku komik menyediakan ceritera-ceritera yang sederhana, mudah ditangkap dan dipahami isinya, sehingga sangat digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut fungsinya, komik dibedakan atas komik komersial dan komik pendidikan. Komik komersial jauh lebih diperlukan di pasaran, karena: bersifat personal, menyediakan humor yang kasar, dikemas dengan bahasa percakapan dan bahasa pasaran, memiliki kesederhanaan jiwa dan moral, dan adanya kecenderungan manusiawi universal terhadap pemujaan pahlawan. Sedangkan komik pendidikan cerderung menyediakan isi yang bersifat informatif. Komik pendidikan banyak diterbitkan oleh industri, dinas kesehatan, dan lembaga-lembaga non profit. Pendekatan kritis sangat diperlukan agar komik dapat memenuhi fungsinya sebagai media pendidikan. Misalnya dengan menganjurkan beberapa pertanyaan penguji: apa keuntungan dan kerugian komik? Adakah kemugkinan bahaya yang menyelinap? Bagaimana menggabungkannya dengan media yang lain? Dengan siswa yang mana komik itu tepat dan dengan yang mana tidak tepat?

6.      Karakteristik Media Pembelajaran Tiga Dimensi

Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.
Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.


Belajar benda sebenarnya melalui widya wisata. Widya wisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah: siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dan tanggung jawab ekstra, obyek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan tujuan belajar.

Belajar benda sebenarnya melalui specimen. Terminologi benda sebenarnya digolongkan atas dua, yaitu obyek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua benda yang masih dalam keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah bendabenda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh-contoh specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam botol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh specimen benda yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral. Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu: bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau, terlelalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.

Belajar melalui media tiruan. Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, untuk mempelajari obyek yang telah menyejarah di masa lampau, untuk mempelajari obyek-obyek yang tak terjangkau secara fisik, untuk mempelajari obyek yang mudak dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia), untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang abstrak, untuk memperliatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses peredaran planit-planit). Keuntungan-keuntungan menggunakan model adalah: belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja, dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu obyek, siswa memperoleh pengalaman yang konkrit. Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan penggunaan model dapat dibedakan atas: model perbandingan (misalnya globe), model yang disederhanakan, model irisan, model susunan, model terbuka, model utuh, boneka, dan topeng.

Peta timbul. Peta timbul yang secara fisik termasuk model lapangan, adalah peta yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta timbul memiliki ukuran panjang, lebar, dan dalam. Dengan melihat peta timbul, siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang perbedaan letak, tepi pantai, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, gunung berapi, lembah, danau, sungai. Peta timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa sehingga dapat memupuk daya kreasi, daya imajinasi, dan memupuk rasa tanggung jawab bersama terhadap hasil karya bersama. Bahan yang dapat dipakai membuat peta tilmul adalah semen, tanah liat, serbuk gergaji, bubur kertas karton. Pemilihan bahan disesuaikan dengan keperluan peta timbul yang ingin dibuat.

Globe. Globe (model perbandingan), adalah benda tiruan dari bentuk bumi yang diperkecil. Globe dapat memberikan keterangan tentang permukaan bumi pada umumnya dan khususnya tentang lingkungan bumi, aliran sungai, dan langit. Tujuan penggunaan globe adalah: menunjukkan bentuk bumi yang sebenarnya dalam skala kecil, menunjukkan jarak pada suatu titik tertentu, menunjukkan skala-skala tentang jarak pada lingkungan yang luas. Ukuran gloge yang paling umum adalah 8, 12, 16, 20, 24 inci. Globe untuk perseorangan cukup berukuran 8 inci, sedangkan untuk kelas adalah 12 atau 16 inci.


Boneka. Boneka yang merupakan salah satu model perbandingan adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Sebagai media pendidikan, dalam penggunaannya boneka dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka. Penggunaan boneka dalam pendidikan telah populer sejak tahun 1940-an di Amerika. Di Indonesia, penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek (di Jawa Barat) digunakan untuk memainkan ceritera Mahabarata dan Ramayana. Macam-macam boneka dibedakan atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka), boneka tongkat seperti wayang-wayangan, boneka tali sering disebut marionet (cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan kaki), boneka bayang-bayang (shadow puppet) dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Keuntungan menggunakan boneka adalah: efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan; tidak memerlukan keterampilan yang rumit; dapat
mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira. Agar penggunaannya menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan tujuan pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih banyak mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit, diselingi dengan nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti dengan tanya jawab, siswa diberi peluang memainkannya.
Semoga bermanfaat...
Salam buat pecinta ilmu pengetahuan. 

DAFTAR PUSTAKA

Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.
Dole, J. A. & Sinatra, G. M. 1998. Reconceptualizing change in the cognitive construction of knowledge. Educational Psichologist, 33(2/3), 109-128.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan
Ibrahim, H. 1999. Pemanfaatan dan pengembangan media slide pembelajaran. Bahan ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran bagi dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s.d 6 Maret 1999.
Ibrahim, H., Sihkabuden, Suprijanta, & Kustiawan, U. 2001. Media pembelajaran: Bahan sajian program pendidikan akta mengajar. FIP. UM.
Moedjiono. 1981. Media pendidikan III: Cara pembukaan media pendidikan. Jakarta: P3G. Depdikbud.
Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
Sihkabuden. 1994. Klasifikasi dan karakteristik media instruksional sederhana. Malang: FIP IKIP Malang.
Wallington, C.J. 1996. Media production: production of still media. Plomp, T., & Ely,
D.P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Jadikanlah hidupmu menjadi bermanfaat untuk dirimu dan orang lain, sehingga kamu akan selalu bermanfaat Insyaallah